Rabu, 24 Februari 2016

PUTRI DENGAN CERITA GUNUNG DAN LAUT



PANDANGI LANGIT MALAM INI-JIKUSTIK

Putri, jangan menangis
Hapus air mata
Di wajah cantikmu

Putri, kepergianku
Tak akan lama
Tahan rindumu

Putri, seandainya saja
Kubisa, menghentikan waktu
Kuhentikan waktu

Reff

Bila kau rindukan aku putri,
Coba kau pandangi langit malam ini, aku di situ
Bila itu tak cukup mengganti
Cobalah kau hirup udara pagi, aku di situ

Mungkin dengan perpisahan
Kita kan mengerti arti pertemuan

Putri, percaya padaku
Ini hanya likuan hidup
Yang pasti berakhir


Cerita Tentang Gunung Dan Laut
Aku pernah berjalan disebuah bukit
Tak ada air
Tak ada rumput
Tanah terlalu kering untuk ditapaki
Panas selalu menghantam kaki dan kepalaku
Aku pernah berjalan diatas laut
Tak ada tanah
Tak ada batu
Air selalu merayu
Menggodaku masuk ke dalam pelukannya
Tak perlu tertawa atau menangis
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa
Aku tak pernah melihat gunung menangis
Biarpun matahari membakar tubuhnya
Aku tak pernah melihat laut tertawa
Biarpun kesejukkan bersama tariannya

Ada dua lirik lagu yang aku paparkan dibagian awal postingan ini. Malam ini aku tengah sedih sekali, dan rindu sekali. Banyak hal yang disedihkan dan dirindukan. Dua malam terakhir terlampau banyak hal yang aku pikirkan. Jika malam kemaren aku tidur terlampau cepat sebab hati yang begitu tidak karuannya ditambah lagi jika aku tidak tidur cepat maka alamat kepalaku mungkin saja bengkak-bengkak sebab ku hempas ke dinding, lain dengan malam ini. Malam ini aku malas untuk tidur dan untungnya mata tidak rewel ketika aku gunakan sebagian besar malam ini untuk menulis, menonton, merenung, lalu menulis lagi. Ya, aku tahu bahwa besok aku kuliah pagi dan setiap hari aku memang kuliah pagi. Tapi, masa bodoh lah. Yang jelas jika aku tidak terlambat, masalah tak akan datang dan aku tidak lagi menjadi anak nakal ibu. Sebab aku pun sudah berjanji, bahwa semester ini aku akan jadi anak gadis ibu yang baik dan manis.

Kembali ke dua lagu tadi. Pandangi Langit Malam Ini dari Jikustik dan Cerita Gunung dan Laut dari Payung Teduh. Dua lagu yang selau aku putar jika perasaanku sedang tidak menentu. Pun malam ini, perasaanku sedang kacau sekali sebab aku kira terlampau banyak yang harus dipikirkan dan terkadang mengapa pula aku terlampau sering merenungkan sesuatu. Malam ini aku sedang sedih, sedih sekali. Dan sudah dua malam ini pula aku menangsis sampai sedu sedan sekali. Biasa tidak pernah sampai seperti itu. Aku kira aku sudah lupa cara menangis normal. Alasan aku menangis ? Bukankah sudah ku katakana dari awal bahwa aku hanya akan menangis untuk empat orang saja ? Dan selama ikrar itu sudah terucap, aku masih teguh menjalankan nya. Bodoh memang, konyol juga. Tapi aku hanya ingin menangis untuk alasan yang berkaitan dengan empat rang itu saja.

Ada hal yang seakan menyesakan hatimu saat dua orang yang sangat kau sayangi, atau mungkin dua orang yang sangat berarti dalam hidupmu tidak lagi sama. Seiring berjalannya waktu, ada sesuatu yang berubah, ada sesuatu yang tidak seperti sedia kala. Atau mungkin secara perlahan-lahan seseorang yang sangat kau cintai dan mencintaimu, seseorang yang sangat kau sayangi dan menyayangimu, seseorang yang melakukan apa saja demi dirimu dan kau pun dmeikian, perlahan-lahan mulai tidak seperti dahulu lagi. Meski ia tetap mencintaimu, menyayangimu, dan masih melakukan apa saja untuk dirimu, tapi ada yang berubah. Ada yang lain dari semua nya. Kemudian yang membuat kau bertambah sedih adalah ketika seseorang itu malah mulai mencintai, menyayangi orang lain. Ada seseutu bagian dari dirimu yang dipaksa hilang. Meskipun raganya tetap bersamamu, tapi hatinya tidak milikmu lagi sepenuhnya. Cinta dan kasih nya bukan untuk mu semuanya. Kau dipaksa berbagi. Berbagi cinta, berbagi kasih. Jujur aku katakan dari lubuk hati ku : Aku tidak mau, aku tidak sudi, dan aku tidak akan pernah rela dunia akhirat berbagi ! Ini bentuk keegoisan dan kekanak-kanakan ku yang tak akan ku ubah sekalipun. Yang jelas apa yang menjadi milikku adalah milikku bukan milik orang lain. Ada sesuatu yang hilang dari diriku saat aku mulai berbagi. Ada Sesutu yang berubah ganjil yang berubah aneh. Aku kehilangan separuh nyawaku rasanya. Sesuatu itu hilang dalam artian tidak benar-benar hilang. Raga nya amsih bersamamu seutuhnya, kasih dan sayang nya pun demikian tapi rasa dan hangat nya berbeda. Rasa itu tak akan pernah berdusta. Aku merasa sangat kehilangan dan sedih sekali rasanya menyadari ada sesuatu yang hilang. Seolah-olah aku hanya hidup dengan separuh jiwa dan separuh raga. Aku ingin apa yang sebenarnya milikku kembali kepadaku. Bukankah ini hak ku ? Bahkan jika aku harus merelakan segalanya, aku akan mempetaruhkannya agar sesuatu itu kembali. Sesuatu yang bagiku sama pentingnya dengan oksigen, sesuatu yang aku kira sama berharganya dengan uang, sesuatu yang tak bisa aku lepaskan begitu saja, sebab nyawaku bersamanya.

“Separuh jiwaku menghilang. Lenyap bersama sayap-sayap Izrail yang mulai terangkat, tinggi. Aku tahu, bahwa aku bukan roh kudus yang suci. Meski demikian, cinta ku padamu lebih murni dari kisah yang sempat diceritakan Jibril kepada Muhammad. Kasih ku pun begitu, lebih indah daripada eden tempat nenek moyang kita berpijak peratama kali. Tapi mengapa kau bawa separuh nafasku menguap bersama kenangan yang tak mungkin lagi ku kisahkan pada Cupid. Sebab panahnya tak lagi manjur, pada hati yang sudah terlampau sumbing separu digerogoti elegi. Aku merindukanmu sampai ke nadi yang sudah hampir mati sebab nyawaku hilang sebagian  bersama kurun. Dan kau tahu ? Aku sedih sekali” (Jiwa dan Hati yang Sumbing)

Putri, percaya padaku
Ini hanya likuan hidup
Yang pasti berakhir

Semoga lirik ini benar. Bahwa ini hanya sekedar likuan hidup yang pasti berakhir dan berujung. Aku butuh Tuhan, dan aku butuh kamu, sungguh aku tidak main-main !!

Dan juga perasaan ku juga tengah kacau sekali. Mengapa aku masih menyedihkan dan mengecewakan sekali ? Jujur aku malu sekali. Malu pada Tuhan, malu pada Ibu, dan malu pada kamu. Banyak hal yang belum bisa aku pantaskan. Kemudian juga banyak hal yang belum aku tunaikan sama sekali. Ya Tuhan, aku benar-benar mengecewakan. Sekali lagi jujur aku katakan, bahwa aku tak mampu menampung air mata agar tidak meluap, sebab perasaan ku sudah terlanjur menguap. Aku masih belum bisa jadi gadis manis ibu dan aku masih belum bisa jadi peremuan yang baik. Aku hanya ingin berhenti menangis. Aku merasa seolah-olah aku adalah wanita yang selalu dirundung kesedihan tiap kali aku merenung dan berpikir. Perasaan ku kacau sekali. Banyak hal yang harus aku pikirkan, meskpun tak satu orang pun yang menuntut bahwa aku harus memikirkannya, aku kira ini langkah menuju dewasa. Kemudian perasaan ku juga serasa dicabik-cabik ketika ada hal yang aku renungkan kemudian berkaitan dengan sesuatu yang hilang tadi. Ada luka yang tak tampak. Aku tak akan pernah menangis dihadapan umum karena apa yang aku alami, sebab cukup malam dan sunyi yang tahu bahwa aku tengah sekarat disela senyap-senyap. Aku mencintai kalian, sungguh aku mencintainya dari lubuk hati yang dalam. Kemudian aku juga menyayangi kamu. Aku tak lagi sempat memikirkanmu sebaba banyak hal yang mengganggu pikiranku. Meskipun begitu kamu selalu ku doakan di akhir sujud ku. Banyak hal yang sekarang menjadi prioritasku. Waktu yang aku miliki pun terbatas. Kau doakan saja biar aku tak cepat sakit jiwa. Sebab terlampau banyak aku menangis dan berbicara sendiri maka aku merasa semakin tidak waras. Karna kamu yang terlampau sibuk dan tak ada waktu, aku terpaksa bercerita dengan diriku sendiri sepanjang waktu. Kadag sambil marah, sering tapi lebih sering mennagis ketimbang tertawa.Persis aku seperti orang gila.

Tak perlu tertawa atau menangis
Pada gunung dan laut
Karena gunung dan laut
Tak punya rasa

Jika aku memang tak perlu menangis lagi, berikanlah aku apa yang akan membuat ku tak akan menagis lagi. Aku mencintai kalian, sungguh benar-benar cinta !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Left a comment if you want ^^