Ada
beberapa hal yang pasti kita sangat inginkan di dunia ini, sekaligus ada
hal-hal yang sangat kita benci di dunia ini. Tuhan Mahaadil. Dia menciptakan
sesuatu yang boleh jadi sangat kita sayangi dan kita inginkan, namun Dia juga
menciptakan hal yang sangat kita benci atau istilah halusnya hal-hal yang tidak
kita sukai dalam hidup. Tapi bagiku, aku mencintai bahkan menginginkan beberapa
hal, sekaligus sangat membencinya. Jujur saja, aku sangat membenci UANG DAN WAKTU tapi tanpa mau munafik
sedikitpun aku sangat menginginkan keduanya. Aku mencintai sekaligus membenci
UANG DAN WAKTU.
1.UANG
Siapa
yang tak tahu dengan uang ? Bahkan sebodoh-bodohnya orang di dunia ini, mereka
pasti mengenal yang namanya uang alias duit alias money alias hepeng alias
pitih alias entahlah, apapun namanya yang jelas semua orang di dunia ini
membutuhkan uang. Suatu benda dengan bentuk bundar dan terbuat dari logam atau
kuningan atau terbuat dari kertas dengan bentuk persegi panjang, tidak
berukuran lebih besar dari keras HVS dan biasanya bergambar orang-orang penting
atau pahlawan di suatu negara ini sangat vital keberadaannya di kehidupan
manusia. Benda yang baru Indonesia kenal sejak zaman kolonial Belanda ini mampu
mengendalikan dunia. Percaya atau tidak ? Tapi percayalah karna memang
begitulah adanya. Adalah benda yang setiap orang rela melakukan apa saja demi
mendapatkannya, baik dengan cara yang wajar, bagus, dan halal maupun dengan
cara kotor bahkan terkadang malah tidak masuk akal. Hanya sebuah kertas bergambar pahlawan dengan nominal angka mampu
mengendalikan manusia yang mempunyai akal pikiran. Aku kira, ayolah !! Ini Cuma
sebuah kertas. Cuma ? Semua budak-budak uang mana kenal lagi dengan kata “Cuma” kertas yang diakui sebagai alat
pembayaran yang sah secara hukum.
Aku BENCI uang.
Pernyataan ini aku ucapkan dengan sadar sesadar-sadarnya tanpa mabuk tau
dibawah tekanan atau kalian pikir aku sedang gila. Tidak ! Aku sadar dan waras
menuliskan hal ini. Ada banyak hal dan alasan mengapa aku membenci uang.
Mungkin beberapa dapat uraikan disini.
Alasan pertama : Benda ini membawa petaka.
Ya, benda ini membawa petaka. Pernah mendengar atau melihat atau mengalami
sendiri tentang banyak sekali tindakan kejahatan yang dilakukan hanya
dikarenakan benda ini ? Banyak orang yang melakukan pembunuhan, penyiksaan,
penipuan, kekerasan, bahkan melakukan hal yang tidak berperikemanusiaan hanya
untuk mendapat uang, sebuah benda yang bahkan bergerak saja tidak bisa. Kita
rela menanggalkan identitas kita sebagai manusia hanya untuk uang. Kenapa aku
berkata demikian ? Ya bahkan terkadang makhluk yang dikaruniai oleh Tuhan
dengan akal, pikiran dan perasaan rela membuang itu semua hanya demi uang.
Seorang ayah atau ibu yang tega menjual anaknya hanya untuk uang atau sekedar
pelepas hutang, seorang manusia yang tega membunuh, merampok, memperkosa orang
lain hanya demi benda ini. Atau seorang yang rela menzolimi manusia lain nya
hanya demi uang. Tak perlu jauh-jauh, lihat saja manusia-manusia dengan janji
suci namun ingkar yang mungkin sekarang tengah tidur enak di rumah dinasnya.
Atau seorang guru atau tenaga pendidik yang hanya mau mengajar dan mengabdi
jika ada uang. Lantas kemakah identitas kita sebagai manusia ? Dimana nurani
kita ? Dimana akal kita ? Diamana perasaan kita ? Dimana identitas dan ciri yang
menyatakan bahwa kita manusia ? Sadarkah kita bahwa uang merampas identitas
kita sebagai manusia ? Ada lebih dari 30% orang melakukan tindakan kejahatan,
menanggalkan identitas sebagai makhluk berakal dan berperasaan hanya demi uang.
Lalu terimakah kalian jika aku katakana bahwa benda ini membawa petaka ?
Alasan kedua : Benda ini menawarkan kebahagiaan semu.
Mindset paling dasar di dalam kepala kita adalah : “Jika aku punya banyak uang, aku
pasti bahagia” Dogma seperti ini tidak 100% benar, ya meskipun aku tak memungkiri
bahwa aku pun merasa bahagia jika punya banyak uang, tapi kebahagiaan yang kita
rasakan hanyalah semu. Bukan kebahagiaan hakiki yang seperti kita cari. Kebahagiaan
karna uang hanya sesaat, setelah itu ? Semua kebahagiaan itu akan menguap.
Percayalah. Uang bukan sumber kebahagiaan.
Pernah kau bayangkan perasaan seorang anak yang ditinggal siang malam oleh Ibu
bapaknya hanya untuk uang ? Mereka pikir dengan uang yang melimpah anak-anak
mereka bahagia ? Untuk beberapa hal mungkin jawabannya adalah Ya. Sebab mereka
dapat membeli apapun yang mereka inginkan, dapat makan apapun yang mereka
inginkan, dapat mencoba apapun yang mereka inginkan, dapat berlibur kemanapun
yang mereka inginkan. Ingat ? Ini hanya sesaat lalu menguap. Lalu kemana kebahagiaan
yang bersumber dari ayah ibu mereka ? Pernah berpikir kesana ? Bisakah uang
yang katanya sumber kebahagiaan itu mengajari kamu berhitung dari 1-10 ? Kau
pasti jawab bisa. Tinggal sewa guru semua beres. Tapi apakah rasanya sama
ketika kau diajarkan oleh seorang guru atau diajarkan oleh ibumu sebelum tidur
? Rasanya tidak akan pernah sama kecuali guru itu ibumu. Rasa itu soal lain. Rasa tak akan pernah bisa berbohong, perasaan
akan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi meskipun mulut malah
memutarbalikannnya. Atau bisakah uang mengajak mu bermain bola diluar rumah atau uang mengajarkan mu naik sepeda ? Atau
mungkin uang juga bisa mengelus dan mengobati luka yang kau dapat saat jatuh ketika
bermain diluar rumah ? Jawaban nya BISA saja, tapi rasa yang diberikannya
berbeda. Tak ada bahagia, tak ada rasa. Sebanyak apapun uang yang kau punya,
percayalah pada gadis ini bahwa kau tak akan pernah bisa membeli sepotong rasa.
Alasan Ketiga : Uang itu biang keladi perkelahian.
Pernah mengalami nya ? Contoh sederhananya adalah ketika kamu dengan adikmu
berdebat kusir tentang uang jajan. Kenapa uang jajan kakak lebih banyak ?
Pernah mengalami ini ? Ini baru contoh sederhana yang tidak sampai menyebabkan
pertumpahan darah. Hanya sekedar cekcok mulut biasa. Tapi pernah kalian
bayangkan bahwa hanya karna benda tak bernyawa ini ayah bertengkar dengan ibu ?
Bahkan saling caci maki hingga tak jarang ada kekerasan. Hidup butuh uang,
sedang perekonomian keluarga tidak begitu lancar. Hidup susah, kebutuhan
banyak, sedang uang tak ada. Ujung-ujungnya malah bertengakar. Atau bahkan
saudara satu ibu satu ayah yang saling angkat parang hanya karna uang.
Pembagian warisan atau segala macam yang berkatian dengan uang. Benda ini
sumber maslah benda ini sumber petaka bahkan benda ini aku kira terkutuk.
Sekali
lagi aku katakan, aku BENCI uang tapi aku juga sangat menginginkannya. Sebab
hanya dengan uang kita mampu bertahan. Sebab dengan uang kita bisa memenuhi
kebutuhan, sebab dengan uang aku bisa beli buku, sebab dengan uang aku bisa
berpendidikan, sebab dengan uang dunia juga mampu ku taklukan, semua tersebab
karna uang. Karna uang kau dihormati, karna uang juga kau dihargai. Dengan uang
bahkan harga diri orang lain pun mampu kau beli. Uang bagiku memang bukan
segalanya, tapi uang adalah prioritas. Aku sudah mencoba betapa manisnya rasa
uang, betapa pahitnya rasa uang. Meskipun benda itu berwujud sama, kertas segi
empat dengan gambar pahlawan dan nominal tertentu tapi banyak cerita dan rasa
yang ada disetiap helaian kertas yang bernama uang. Aku benci uang tapi aku
sangat menginginkannya. Tuhan kenapa kami hidup untuk uang ?
2.
WAKTU
Hal
kedua yang sangat aku benci tapi sangat aku cintai adalah waktu. Berbicara
mengenai waktu, aku terigat dengan postingan ku yang terakhir. Tentang aku
mengiginkan waktu seseorang. Aku menginkan waktu, sangat menginginkannya sebab
aku kira waktu malah lebih berharga daripada uang. Dengan waktu yang cukup kau
bisa melakukan segala nya. Bermain, ngobrol, makan, tidur, belajar, bahkan
dengan waktu kau juga akan mendapat kebahagiaan. Nikmat mana lagi yang kau
dustakan saat kau mempunyai waktu dengan orang yang sangat kau cintai ?
Kebahagiaan dunia yang tak tertandingi bukan ? Waktu itu adalah sesuatu yang
mahal dan sangat berharga. Kau bayangkan betapa berharganya sepersekian detik
waktu dalam pertandingan marathon. Atau betapa berharganya waktu dalam
detik-detik selamat dari sebuah kecelakaan ? Atau betapa berharganya waktu yang
sempat kita habiskan bersama ketika kita memiliki waktu yang cukup ?
Berbicara mengenai waktu, berbicara mengenai
kebahagiaan, berbicara pula mengenai kesakitan.
Bukankah
sudah ku katakana bahwa aku mencintai sekaligus membenci waktu bukan ? Aku
membenci waktu sebab disini aku terkadang merasa kesepian, aku merasa tidak
bisa terlepas dari keindahan masa lalu atau istilah nya “gagal move on” atau
karena waktu aku malah merasa tidak bermakna.
Sebuah
waktu akan terasa indah sekali saat kita mampu mengguakannya dengan orang yang
kita sayang. Waktu akan tersa sangat indah. Namun lain halnya jika waktu malah
tidak berpihak padamu. Kau bayangkan ketika kau memiliki suatu keperluan dengan
orang yang super sibuk sekali. Mereka tak akan punya waktu untuk dirimu bahkan
untuk diri mereka sendiri mereka tidak punya waktu. Aku membenci waktu kalau
begini. Kenapa waktu malah mengekang dan membelenggu diri kita. Seolah-olah
waktu yang mengndalikan bukan kita yang mengndalikan waktu. Kesedihan
terbesarku adalah saat kau mulai tidak punya waktu. Aku tidak menyalahkanmu
tapi aku hanya kecewa pada waktu. Kenapa mesti menyita mu ? Saat aku
menginginkan waktu kamu meski sebentar, karna kemaren aku benar-benar
membutuhkanmu, tapi waktu tidak mengizinkan. Kamu terlampau sibuk dan
kedepannya malah lebih sibuk. Kamu malah akan sering tidak punya waktu. Tak
tahukah kamu bahwa tadi malam aku hampir mati ? Kepala ku hampir pecah sebab ku
hempas ke dinding karna aku begitu kecewa, karna aku mempunyai masalah yang
ingin aku biacarakan pada mu tapi kamu malah tidak punya waktu ? Kamu terlampau
sibuk. Kapan kamu punya waktu ? Suatu keajaban sekali kalu kamu punya waktu
sekarang. Aku membenci waktu untuk alasan pribadi. Aku merasa sendirian karna
waktu ku hanya untuk aku nikamati sendiri. Tak ada ngobrol tak ada diskusi.
Waktu kamu tidak ada, atau lebih tepatnya waktu kita tidak ada.
Karna
waktu juga aku malah terjebak di kenangan yang indah di masa lalu. Dahulu
begini, dahulu begitu, dahulu aku sangat bahagia sekali. Saat tak semua hal
berjalan seperti dulu, malah membuat air mata, kesedihan dan kekecawaaan di
masa sekarang, Pembandingnya karna dahulu tidak begitu. Waktu itu kamu… waktu
itu kita… waktu itu aku bahagia… Kan pada waktu itu ? Karna “pada waktu” itu lah terkadang aku
merasa sulit untuk menerima keyataan yang terjadi sekarang. Ini memang
kanak-kanak sekali. Ya, aku tahu bahwa kita tidak dapat berpatok pada waktu
itu, tapi saat kamu pernah merasakan suatu kebahagiaan luar biasa pada waktu
itu, namun sekaranmg kebahagiaan itu malah tidak muncul, percayalah kau akan
mengutuki dirimu sendiri dan kejadian pada waktu itu.
Terkadang
waktu malah meninggalakan penyesalan-penyelasalan dan mengajarkan kita
berandai-andai. Andaikan dua tahun yang lalu kau begini, pasti aku sudah
begini. Andaikan kemaren aku melakukannya, pasti sekarang aku sudah …, andaikan
seminggu yang lalu aku pergi, pasti tidak begini. Terlampau banyak andaikan.
Kita hanya berakhir sebagai seorang pengandai-andai. Tidak berguna kamu
berandai-anadai jika tidak ada tindakan. Aku membenci waktu tapi aku sangat
menginginkannya. Terlebih sekarang aku meginginkan waktu kamu, waktu orang-orang
yang aku sayangi, aku menginginkan waktu yang berpihak padaku, aku menginkan
kebahagiaan bersama waktu bukan anda-andai semu. Aku ingin waktu mu. Sebab disamping
aku membutuhkan Tuhan untuk hidupku yang lebih baik, aku juga butuh kamu, butuh
waktumu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Left a comment if you want ^^