Selasa, 23 Februari 2016

MEMILIKI DAN MEMBENCI ITU BISA SEKALIGUS



Ada beberapa hal yang pasti kita sangat inginkan di dunia ini, sekaligus ada hal-hal yang sangat kita benci di dunia ini. Tuhan Mahaadil. Dia menciptakan sesuatu yang boleh jadi sangat kita sayangi dan kita inginkan, namun Dia juga menciptakan hal yang sangat kita benci atau istilah halusnya hal-hal yang tidak kita sukai dalam hidup. Tapi bagiku, aku mencintai bahkan menginginkan beberapa hal, sekaligus sangat membencinya. Jujur saja, aku sangat membenci UANG DAN WAKTU tapi tanpa mau munafik sedikitpun aku sangat menginginkan keduanya. Aku mencintai sekaligus membenci UANG DAN WAKTU. 

1.UANG
Siapa yang tak tahu dengan uang ? Bahkan sebodoh-bodohnya orang di dunia ini, mereka pasti mengenal yang namanya uang alias duit alias money alias hepeng alias pitih alias entahlah, apapun namanya yang jelas semua orang di dunia ini membutuhkan uang. Suatu benda dengan bentuk bundar dan terbuat dari logam atau kuningan atau terbuat dari kertas dengan bentuk persegi panjang, tidak berukuran lebih besar dari keras HVS dan biasanya bergambar orang-orang penting atau pahlawan di suatu negara ini sangat vital keberadaannya di kehidupan manusia. Benda yang baru Indonesia kenal sejak zaman kolonial Belanda ini mampu mengendalikan dunia. Percaya atau tidak ? Tapi percayalah karna memang begitulah adanya. Adalah benda yang setiap orang rela melakukan apa saja demi mendapatkannya, baik dengan cara yang wajar, bagus, dan halal maupun dengan cara kotor bahkan terkadang malah tidak masuk akal. Hanya sebuah kertas  bergambar pahlawan dengan nominal angka mampu mengendalikan manusia yang mempunyai akal pikiran. Aku kira, ayolah !! Ini Cuma sebuah kertas. Cuma ? Semua budak-budak uang mana kenal lagi dengan kata “Cuma” kertas yang diakui sebagai alat pembayaran yang sah secara hukum.

Aku BENCI uang. Pernyataan ini aku ucapkan dengan sadar sesadar-sadarnya tanpa mabuk tau dibawah tekanan atau kalian pikir aku sedang gila. Tidak ! Aku sadar dan waras menuliskan hal ini. Ada banyak hal dan alasan mengapa aku membenci uang. Mungkin beberapa dapat uraikan disini.
Alasan pertama : Benda ini membawa petaka. Ya, benda ini membawa petaka. Pernah mendengar atau melihat atau mengalami sendiri tentang banyak sekali tindakan kejahatan yang dilakukan hanya dikarenakan benda ini ? Banyak orang yang melakukan pembunuhan, penyiksaan, penipuan, kekerasan, bahkan melakukan hal yang tidak berperikemanusiaan hanya untuk mendapat uang, sebuah benda yang bahkan bergerak saja tidak bisa. Kita rela menanggalkan identitas kita sebagai manusia hanya untuk uang. Kenapa aku berkata demikian ? Ya bahkan terkadang makhluk yang dikaruniai oleh Tuhan dengan akal, pikiran dan perasaan rela membuang itu semua hanya demi uang. Seorang ayah atau ibu yang tega menjual anaknya hanya untuk uang atau sekedar pelepas hutang, seorang manusia yang tega membunuh, merampok, memperkosa orang lain hanya demi benda ini. Atau seorang yang rela menzolimi manusia lain nya hanya demi uang. Tak perlu jauh-jauh, lihat saja manusia-manusia dengan janji suci namun ingkar yang mungkin sekarang tengah tidur enak di rumah dinasnya. Atau seorang guru atau tenaga pendidik yang hanya mau mengajar dan mengabdi jika ada uang. Lantas kemakah identitas kita sebagai manusia ? Dimana nurani kita ? Dimana akal kita ? Diamana perasaan kita ? Dimana identitas dan ciri yang menyatakan bahwa kita manusia ? Sadarkah kita bahwa uang merampas identitas kita sebagai manusia ? Ada lebih dari 30% orang melakukan tindakan kejahatan, menanggalkan identitas sebagai makhluk berakal dan berperasaan hanya demi uang. Lalu terimakah kalian jika aku katakana bahwa benda ini membawa petaka ?
Alasan kedua : Benda ini menawarkan kebahagiaan semu. Mindset paling dasar di dalam kepala kita adalah : “Jika aku punya banyak uang, aku pasti bahagia” Dogma seperti ini tidak 100% benar, ya meskipun aku tak memungkiri bahwa aku pun merasa bahagia jika punya banyak uang, tapi kebahagiaan yang kita rasakan hanyalah semu. Bukan kebahagiaan hakiki yang seperti kita cari. Kebahagiaan karna uang hanya sesaat, setelah itu ? Semua kebahagiaan itu akan menguap. Percayalah. Uang  bukan sumber kebahagiaan. Pernah kau bayangkan perasaan seorang anak yang ditinggal siang malam oleh Ibu bapaknya hanya untuk uang ? Mereka pikir dengan uang yang melimpah anak-anak mereka bahagia ? Untuk beberapa hal mungkin jawabannya adalah Ya. Sebab mereka dapat membeli apapun yang mereka inginkan, dapat makan apapun yang mereka inginkan, dapat mencoba apapun yang mereka inginkan, dapat berlibur kemanapun yang mereka inginkan. Ingat ? Ini hanya sesaat lalu menguap. Lalu kemana kebahagiaan yang bersumber dari ayah ibu mereka ? Pernah berpikir kesana ? Bisakah uang yang katanya sumber kebahagiaan itu mengajari kamu berhitung dari 1-10 ? Kau pasti jawab bisa. Tinggal sewa guru semua beres. Tapi apakah rasanya sama ketika kau diajarkan oleh seorang guru atau diajarkan oleh ibumu sebelum tidur ? Rasanya tidak akan pernah sama kecuali guru itu ibumu. Rasa itu soal lain. Rasa tak akan pernah bisa berbohong, perasaan akan mengatakan apa yang sebenarnya terjadi meskipun mulut malah memutarbalikannnya. Atau bisakah uang mengajak mu bermain bola diluar rumah  atau uang mengajarkan mu naik sepeda ? Atau mungkin uang juga bisa mengelus dan mengobati luka yang kau dapat saat jatuh ketika bermain diluar rumah ? Jawaban nya BISA saja, tapi rasa yang diberikannya berbeda. Tak ada bahagia, tak ada rasa. Sebanyak apapun uang yang kau punya, percayalah pada gadis ini bahwa kau tak akan pernah bisa membeli sepotong rasa.
Alasan Ketiga : Uang itu biang keladi perkelahian. Pernah mengalami nya ? Contoh sederhananya adalah ketika kamu dengan adikmu berdebat kusir tentang uang jajan. Kenapa uang jajan kakak lebih banyak ? Pernah mengalami ini ? Ini baru contoh sederhana yang tidak sampai menyebabkan pertumpahan darah. Hanya sekedar cekcok mulut biasa. Tapi pernah kalian bayangkan bahwa hanya karna benda tak bernyawa ini ayah bertengkar dengan ibu ? Bahkan saling caci maki hingga tak jarang ada kekerasan. Hidup butuh uang, sedang perekonomian keluarga tidak begitu lancar. Hidup susah, kebutuhan banyak, sedang uang tak ada. Ujung-ujungnya malah bertengakar. Atau bahkan saudara satu ibu satu ayah yang saling angkat parang hanya karna uang. Pembagian warisan atau segala macam yang berkatian dengan uang. Benda ini sumber maslah benda ini sumber petaka bahkan benda ini aku kira terkutuk.
Sekali lagi aku katakan, aku BENCI uang tapi aku juga sangat menginginkannya. Sebab hanya dengan uang kita mampu bertahan. Sebab dengan uang kita bisa memenuhi kebutuhan, sebab dengan uang aku bisa beli buku, sebab dengan uang aku bisa berpendidikan, sebab dengan uang dunia juga mampu ku taklukan, semua tersebab karna uang. Karna uang kau dihormati, karna uang juga kau dihargai. Dengan uang bahkan harga diri orang lain pun mampu kau beli. Uang bagiku memang bukan segalanya, tapi uang adalah prioritas. Aku sudah mencoba betapa manisnya rasa uang, betapa pahitnya rasa uang. Meskipun benda itu berwujud sama, kertas segi empat dengan gambar pahlawan dan nominal tertentu tapi banyak cerita dan rasa yang ada disetiap helaian kertas yang bernama uang. Aku benci uang tapi aku sangat menginginkannya. Tuhan kenapa kami hidup untuk uang ?

2. WAKTU
Hal kedua yang sangat aku benci tapi sangat aku cintai adalah waktu. Berbicara mengenai waktu, aku terigat dengan postingan ku yang terakhir. Tentang aku mengiginkan waktu seseorang. Aku menginkan waktu, sangat menginginkannya sebab aku kira waktu malah lebih berharga daripada uang. Dengan waktu yang cukup kau bisa melakukan segala nya. Bermain, ngobrol, makan, tidur, belajar, bahkan dengan waktu kau juga akan mendapat kebahagiaan. Nikmat mana lagi yang kau dustakan saat kau mempunyai waktu dengan orang yang sangat kau cintai ? Kebahagiaan dunia yang tak tertandingi bukan ? Waktu itu adalah sesuatu yang mahal dan sangat berharga. Kau bayangkan betapa berharganya sepersekian detik waktu dalam pertandingan marathon. Atau betapa berharganya waktu dalam detik-detik selamat dari sebuah kecelakaan ? Atau betapa berharganya waktu yang sempat kita habiskan bersama ketika kita memiliki waktu yang cukup ?

Berbicara mengenai waktu, berbicara mengenai kebahagiaan, berbicara pula mengenai kesakitan.

Bukankah sudah ku katakana bahwa aku mencintai sekaligus membenci waktu bukan ? Aku membenci waktu sebab disini aku terkadang merasa kesepian, aku merasa tidak bisa terlepas dari keindahan masa lalu atau istilah nya “gagal move on” atau karena waktu aku malah merasa tidak bermakna.
Sebuah waktu akan terasa indah sekali saat kita mampu mengguakannya dengan orang yang kita sayang. Waktu akan tersa sangat indah. Namun lain halnya jika waktu malah tidak berpihak padamu. Kau bayangkan ketika kau memiliki suatu keperluan dengan orang yang super sibuk sekali. Mereka tak akan punya waktu untuk dirimu bahkan untuk diri mereka sendiri mereka tidak punya waktu. Aku membenci waktu kalau begini. Kenapa waktu malah mengekang dan membelenggu diri kita. Seolah-olah waktu yang mengndalikan bukan kita yang mengndalikan waktu. Kesedihan terbesarku adalah saat kau mulai tidak punya waktu. Aku tidak menyalahkanmu tapi aku hanya kecewa pada waktu. Kenapa mesti menyita mu ? Saat aku menginginkan waktu kamu meski sebentar, karna kemaren aku benar-benar membutuhkanmu, tapi waktu tidak mengizinkan. Kamu terlampau sibuk dan kedepannya malah lebih sibuk. Kamu malah akan sering tidak punya waktu. Tak tahukah kamu bahwa tadi malam aku hampir mati ? Kepala ku hampir pecah sebab ku hempas ke dinding karna aku begitu kecewa, karna aku mempunyai masalah yang ingin aku biacarakan pada mu tapi kamu malah tidak punya waktu ? Kamu terlampau sibuk. Kapan kamu punya waktu ? Suatu keajaban sekali kalu kamu punya waktu sekarang. Aku membenci waktu untuk alasan pribadi. Aku merasa sendirian karna waktu ku hanya untuk aku nikamati sendiri. Tak ada ngobrol tak ada diskusi. Waktu kamu tidak ada, atau lebih tepatnya waktu kita tidak ada.

Karna waktu juga aku malah terjebak di kenangan yang indah di masa lalu. Dahulu begini, dahulu begitu, dahulu aku sangat bahagia sekali. Saat tak semua hal berjalan seperti dulu, malah membuat air mata, kesedihan dan kekecawaaan di masa sekarang, Pembandingnya karna dahulu tidak begitu. Waktu itu kamu… waktu itu kita… waktu itu aku bahagia… Kan pada waktu itu ? Karna “pada waktu” itu lah terkadang aku merasa sulit untuk menerima keyataan yang terjadi sekarang. Ini memang kanak-kanak sekali. Ya, aku tahu bahwa kita tidak dapat berpatok pada waktu itu, tapi saat kamu pernah merasakan suatu kebahagiaan luar biasa pada waktu itu, namun sekaranmg kebahagiaan itu malah tidak muncul, percayalah kau akan mengutuki dirimu sendiri dan kejadian pada waktu itu.

Terkadang waktu malah meninggalakan penyesalan-penyelasalan dan mengajarkan kita berandai-andai. Andaikan dua tahun yang lalu kau begini, pasti aku sudah begini. Andaikan kemaren aku melakukannya, pasti sekarang aku sudah …, andaikan seminggu yang lalu aku pergi, pasti tidak begini. Terlampau banyak andaikan. Kita hanya berakhir sebagai seorang pengandai-andai. Tidak berguna kamu berandai-anadai jika tidak ada tindakan. Aku membenci waktu tapi aku sangat menginginkannya. Terlebih sekarang aku meginginkan waktu kamu, waktu orang-orang yang aku sayangi, aku menginginkan waktu yang berpihak padaku, aku menginkan kebahagiaan bersama waktu bukan anda-andai semu. Aku ingin waktu mu. Sebab disamping aku membutuhkan Tuhan untuk hidupku yang lebih baik, aku juga butuh kamu, butuh waktumu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Left a comment if you want ^^