Jumat, 27 Mei 2016

SAYA RISAU KARENA HAL INI



Ada hal-hal yang mengganggu pikiran saya sejak beberapa malam yang lalu. Entah saya yang terlampau memikirkan, entah hal tersebut memang pantas dipikirkan. Yang jelas, sampai sekarang, meskipun orang bilang  saya bisa pandai berbicara dan sedikit pandai bersilat lidah, tapi sesungguhnya  saya adalah pembicara yang buruk. Saya mungkin bisa dengan mudah berkomunikasi dengan siapa saja dan kapan saja tanpa ada persiapan script atau bahan, namun sayang nya hal tersebut tidak bisa berlaku jika saya ingin berbicara jujur kepada orang yang berarti bagi hidup saya. Saya tidak pernah mampu berbicara jujur secara langsung tentang apa yang saya rasakan, tentang apa yang saya inginkan. Saya mungkin saja bisa berbicara kepada orang banyak bahwa sekarang saya sedang sedih, sedang bahagia, sedang marah, sedang rindu, patah hati atau saya sedang biasa-biasa saja. Tapi kepada seseorang yang saya anggap penting, saya tidak bisa jujur dan terkadang saya malah tidak bisa bicara. Saya tidak pernah tahu kenapa. Saya rasa lidah saya otomatis kelu saat ingin menyampaikan secara jujur apa yang sedang saya rasakan. Saya tidak mampu memendam, dan alternatifnya saya hanya bisa berbicara lewat tulisan karna saya bisa lebih jujur dan bisa lebih terbuka. Seperti yang saya katakan diawal bahwa ada hal yang menganggu pikiran saya. Dan hal tersebut tidak bisa saya ungkapkan, bukan tidak mau tapi saya tidak mampu.
Hal pertama yang mengganggu pikiran saya adalah hal ini. Sesungguhnya saya hampir berumur 19 tahun dan sungguh banyak hal yang saya sesalkan sepanjang hidup saya. Bukan saya tidak bersyukur pada Tuhan, hanya saja saya merasa bodoh dan bebal karna tidak meaksimalkan nikmat yang sudah Tuhan berikan. Selama 12 tahun saya menempuh pendidikan dari TK sampai SMA, saya dikatakan pintar tapi sungguh saya merasa tidak terlampau pintar. Salah satu nikmat Tuhan yang saya syukuri adalah saya cepat belajar dan mengerti tentang sesuatu yang saya pelajari. Hanya saja, saya hanya menggunakan nya begitu saya dan tidak saya maksimalkan. Bodoh sekali saya. Selama 12 tahun yang saya peroleh hanya juara kelas dengan banyak mengikuti perlombaan tapi tidak menang. Saya yakin, saya bisa saja menang, saya bisa saja mengikuti perlombaan yang lebih banyak, saya bisa lebih, tapi saya sia-siakan. Terlampau bodoh saya ini. Saya tidak pernah memaksimalkan apa yang seharusnya bisa saya maksimalkan. Saya kosong, hampa, saya tidak membesarkan diri saya sedang saya bisa. Bebal. Rasa malas dan keterbelakangan opini membuat kita makin kerdil. Kelihatannya pongah sekali saya berbicara seperti ini, tapi sungguh tidak ada maksud sama sekali untuk pongah, pamer, atau menyombong. Ini hanya bentuk penyesalan atas apa yang saya lakukan.  Dan sampai sekarang saya masih dipasung rasa malas, saya sadar tapi saya masih saja stagnan dan tidak bergerak. Put, wake up !! Sampai sekarang saya masih kerdil meski orang bilang saya sudah besar, tapi sungguh saya  belum apa-apa. Saya harus lebih banyak belajar. Semoga setelah ini, saya terlepas dari pasungan dan saya langsung belajar.
Hal kedua yang masih mengganggu pikiran saya adalah saya merasa aneh saja dengan apa yang saya pikirkan. Lebih jelasnya begini, saat saya beropini tentang sesuatu saya berpikiran dua kali. Bagian satu dari diri saya menyatakan betul, tapi sebagian lainnya menyatakan salah. Terkadang saya susah membedakan apa yang harus dan tidak harus saya lakukan. Saya bingung tentang apa yang salah, tentang apa yang benar, tentang apa yang pantas dan tidak.  Lagi-lagi orang lain bilang saya memiliki kemampuan berbicara, saya mudah beradaptasi, saya mudah bergaul, tapi saya rasa saya adalah orang yang gagal dalam bersosialisasi. Sikap saya sering kali berubah-ubah. Sebentar saya bisa sangat hyperactive dan sangat talkactive, seketika saya bisa langsung diam jika saya tersinggung. Sungguh saya tidak pandai dalam bergaul. Saya terlalu egosentris, saya rasa saya lebih sering terfokus pada diri sya sendiri. Saya egois, saya masih belum bisa berinteraksi dengan baik. Dari saya SD sampai sekarang pun saya lebih suka bergaul dengan kelompok kecil orang, saya lebih nyaman sendiri tapi saya bukan orang yang pendiam apalagi seorang introvert. Jika saja kalian bertemu saya, saya bisa lebih gila dan lebih hyperactive. Orang lain lihat saya mempunyai banyak sekali teman, saya rasa memnag demikian. Tapi sungguh, terkadang saya merasa tidak nyaman dan kesepian. Entahlah.
Hal ketiga yang mengganggu saya adalah saya rindu sekali pulang. Saya ingin sekali pulang, bertemu dengan ibu, ayah, adik, dan rumah. Saya rindu semua hal yang ada di rumah, saya rindu semua hal di Payakumbuh. Sungguh Tuhan, saya rindu benar-benar rindu. Perkaranya bukan masalah rindu yang semakin menggebu hanya saja saya segan untuk pulang. Saya merasa belum siap untuk pulang. Saya rindu tapi saya segan. Saya segan kepada ayah, saya segan kepada ibu. Hampir 19 tahun usia saya tapi saya masih subsidi penuh dari mereka. Saya masih meminta, saya hanya bisa membelanjakan dan menghabiskan. Saya merasa saya hanya seonggok daging dengan organ yang lengkap tapi masih belum bisa memaksimalkan. Saya segan untuk pulang. Memang ayah dan ibu tidak pernah menuntut saya macam-macam, tidak pernah sekalipun. Saya disuruh belajar, itu saja. Hanya saja belajar pun tidak saya lakukan dengan maksimal. Ah, Tuhan. Betapa jahat dan bebalnya saya. Pulang malu, gak pulang rindu. Serba salah, semoga saja kedepannya saya lebih baik. Bukan, tapi saya harus lebih baik lagi.
Hal terakhir yang mengganggu pikiran saya saat ini mungkin, tidak terlalu penting bahkan ini tidak perlu terlalu saya pikirkan. Masalah yang sama. Masalah tentang orang yang sama untuk waktu yang hampir satu tahun. Berputar-putar di tempat yang sama tanpa arah yang jelas. Pergi lalu kembali, hilang lalu timbul, bahagia lalu menangis, selalu saja  seperti ini. Berkutat dengan masalah yang sama dengan orang yang sama perihal yang sama. Hal yang menganggu adalah mau sampai kapan seperti ini ? Sudah satu tahun seperti ini. Mau sampai tahun keberapa lagi ? Saya tidak bisa menjelaskannya lebih jauh dalam tulisan ini. Mungkin di tulisan lainnya akan saya jelaskan. Atau tulisan-tulisan sebelum nya sedikit menggambarkan bagaimana. Yang jelas saya sedih dan risau. Tapi hidup terlalu singkat untuk meratap bukan ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Left a comment if you want ^^