Ada hal-hal yang mengganggu pikiran saya sejak beberapa malam yang
lalu. Entah saya yang terlampau memikirkan, entah hal tersebut memang pantas
dipikirkan. Yang jelas, sampai sekarang, meskipun orang bilang saya bisa pandai berbicara dan sedikit pandai
bersilat lidah, tapi sesungguhnya saya
adalah pembicara yang buruk. Saya mungkin bisa dengan mudah berkomunikasi
dengan siapa saja dan kapan saja tanpa ada persiapan script atau bahan, namun
sayang nya hal tersebut tidak bisa berlaku jika saya ingin berbicara jujur
kepada orang yang berarti bagi hidup saya. Saya tidak pernah mampu berbicara
jujur secara langsung tentang apa yang saya rasakan, tentang apa yang saya
inginkan. Saya mungkin saja bisa berbicara kepada orang banyak bahwa sekarang
saya sedang sedih, sedang bahagia, sedang marah, sedang rindu, patah hati atau
saya sedang biasa-biasa saja. Tapi kepada seseorang yang saya anggap penting,
saya tidak bisa jujur dan terkadang saya malah tidak bisa bicara. Saya tidak
pernah tahu kenapa. Saya rasa lidah saya otomatis kelu saat ingin menyampaikan
secara jujur apa yang sedang saya rasakan. Saya tidak mampu memendam, dan
alternatifnya saya hanya bisa berbicara lewat tulisan karna saya bisa lebih
jujur dan bisa lebih terbuka. Seperti yang saya katakan diawal bahwa ada hal
yang menganggu pikiran saya. Dan hal tersebut tidak bisa saya ungkapkan, bukan
tidak mau tapi saya tidak mampu.
Hal pertama yang mengganggu pikiran saya adalah hal ini.
Sesungguhnya saya hampir berumur 19 tahun dan sungguh banyak hal yang saya
sesalkan sepanjang hidup saya. Bukan saya tidak bersyukur pada Tuhan, hanya
saja saya merasa bodoh dan bebal karna tidak meaksimalkan nikmat yang sudah
Tuhan berikan. Selama 12 tahun saya menempuh pendidikan dari TK sampai SMA,
saya dikatakan pintar tapi sungguh saya merasa tidak terlampau pintar. Salah
satu nikmat Tuhan yang saya syukuri adalah saya cepat belajar dan mengerti
tentang sesuatu yang saya pelajari. Hanya saja, saya hanya menggunakan nya
begitu saya dan tidak saya maksimalkan. Bodoh sekali saya. Selama 12 tahun yang
saya peroleh hanya juara kelas dengan banyak mengikuti perlombaan tapi tidak
menang. Saya yakin, saya bisa saja menang, saya bisa saja mengikuti perlombaan
yang lebih banyak, saya bisa lebih, tapi saya sia-siakan. Terlampau bodoh saya
ini. Saya tidak pernah memaksimalkan apa yang seharusnya bisa saya maksimalkan.
Saya kosong, hampa, saya tidak membesarkan diri saya sedang saya bisa. Bebal.
Rasa malas dan keterbelakangan opini membuat kita makin kerdil. Kelihatannya
pongah sekali saya berbicara seperti ini, tapi sungguh tidak ada maksud sama
sekali untuk pongah, pamer, atau menyombong. Ini hanya bentuk penyesalan atas
apa yang saya lakukan. Dan sampai
sekarang saya masih dipasung rasa malas, saya sadar tapi saya masih saja stagnan
dan tidak bergerak. Put, wake up !! Sampai sekarang saya masih kerdil meski
orang bilang saya sudah besar, tapi sungguh saya belum apa-apa. Saya harus lebih banyak
belajar. Semoga setelah ini, saya terlepas dari pasungan dan saya langsung
belajar.
Hal kedua yang masih mengganggu pikiran saya adalah saya merasa aneh
saja dengan apa yang saya pikirkan. Lebih jelasnya begini, saat saya beropini
tentang sesuatu saya berpikiran dua kali. Bagian satu dari diri saya menyatakan
betul, tapi sebagian lainnya menyatakan salah. Terkadang saya susah membedakan
apa yang harus dan tidak harus saya lakukan. Saya bingung tentang apa yang
salah, tentang apa yang benar, tentang apa yang pantas dan tidak. Lagi-lagi orang lain bilang saya memiliki
kemampuan berbicara, saya mudah beradaptasi, saya mudah bergaul, tapi saya rasa
saya adalah orang yang gagal dalam bersosialisasi. Sikap saya sering kali
berubah-ubah. Sebentar saya bisa sangat hyperactive dan sangat talkactive,
seketika saya bisa langsung diam jika saya tersinggung. Sungguh saya tidak
pandai dalam bergaul. Saya terlalu egosentris, saya rasa saya lebih sering
terfokus pada diri sya sendiri. Saya egois, saya masih belum bisa berinteraksi
dengan baik. Dari saya SD sampai sekarang pun saya lebih suka bergaul dengan kelompok
kecil orang, saya lebih nyaman sendiri tapi saya bukan orang yang pendiam
apalagi seorang introvert. Jika saja kalian bertemu saya, saya bisa lebih gila
dan lebih hyperactive. Orang lain lihat saya mempunyai banyak sekali teman,
saya rasa memnag demikian. Tapi sungguh, terkadang saya merasa tidak nyaman dan
kesepian. Entahlah.
Hal ketiga yang mengganggu saya adalah saya rindu sekali pulang.
Saya ingin sekali pulang, bertemu dengan ibu, ayah, adik, dan rumah. Saya rindu
semua hal yang ada di rumah, saya rindu semua hal di Payakumbuh. Sungguh Tuhan,
saya rindu benar-benar rindu. Perkaranya bukan masalah rindu yang semakin
menggebu hanya saja saya segan untuk pulang. Saya merasa belum siap untuk
pulang. Saya rindu tapi saya segan. Saya segan kepada ayah, saya segan kepada
ibu. Hampir 19 tahun usia saya tapi saya masih subsidi penuh dari mereka. Saya
masih meminta, saya hanya bisa membelanjakan dan menghabiskan. Saya merasa saya
hanya seonggok daging dengan organ yang lengkap tapi masih belum bisa memaksimalkan.
Saya segan untuk pulang. Memang ayah dan ibu tidak pernah menuntut saya
macam-macam, tidak pernah sekalipun. Saya disuruh belajar, itu saja. Hanya saja
belajar pun tidak saya lakukan dengan maksimal. Ah, Tuhan. Betapa jahat dan
bebalnya saya. Pulang malu, gak pulang rindu. Serba salah, semoga saja
kedepannya saya lebih baik. Bukan, tapi saya harus lebih baik lagi.
Hal terakhir yang mengganggu pikiran saya saat ini mungkin, tidak
terlalu penting bahkan ini tidak perlu terlalu saya pikirkan. Masalah yang
sama. Masalah tentang orang yang sama untuk waktu yang hampir satu tahun.
Berputar-putar di tempat yang sama tanpa arah yang jelas. Pergi lalu kembali,
hilang lalu timbul, bahagia lalu menangis, selalu saja seperti ini. Berkutat dengan masalah yang
sama dengan orang yang sama perihal yang sama. Hal yang menganggu adalah mau
sampai kapan seperti ini ? Sudah satu tahun seperti ini. Mau sampai tahun
keberapa lagi ? Saya tidak bisa menjelaskannya lebih jauh dalam tulisan ini.
Mungkin di tulisan lainnya akan saya jelaskan. Atau tulisan-tulisan sebelum nya
sedikit menggambarkan bagaimana. Yang jelas saya sedih dan risau. Tapi hidup
terlalu singkat untuk meratap bukan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Left a comment if you want ^^