Mereka tidak pernah mengatakan bahwa saya serupa tungau. Binatang
kecil bertungkai delapan yang hidup di berbagai tempat tapi sangat dikenal suka
sekali hinggap di punya laki-laki. Saya tidak serupa tungau, saya tidak jalang,
terlebih saya sedang tidak suka pada lelaki. Kemaren saya berganti nama menjadi
Tungau. Bukan tanpa alasan saya berganti nama. Saya kira tungau itu keren.
Sebab tungau masih bisa bertahan hidup selama 400 tahun sejak kemunculannya pertama
kali di bumi. Tungau kebanyakan berukuran sangat kecil sehingga kurang menarik
perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar. Tungau itu
kuat meski kecil, tungau itu spartan meski seringkali dianggap parasit, dan
saya bukan parasit. Tungau bagi saya adalah hewan kecil yang dianggap jahat
tapi tidak jahat. Begitu definisi saya terhadap tungau dengan logika perempuan
saya.
Saya katakan saya serupa tungau tapi saya tidak jalang, bukan
parasit, dan saya tidak jahat. Saya serupa tungau, karna saya masih kecil. Saya belum bisa dewasa
meski saya sudah 19 tahun. Saya masih banyak salah, untuk itulah saya harus
belajar terus menerus. Saya masih belum bisa berbicara dan menulis dengan baik,
untuk itulah saya benci terhadap diri saya yang sekarang dan harus segera
memperbaikinya. Beberapa hari yang lalu saya kalah. Puisi saya seakan bisu tapi
Bung Dirga menguatkan saya. Dia bilang bahwa tak ada puisi yang bisu. Puisi
adalah kejujuran mutlak dan saya sudah mencoba jujur disana. Tapi meskipun
begitu, saya serasa ditelanjangi bulat-bulat dan saya sedih sekali hingga saya
menangis semalaman sampai tertidur. Saya belum bisa pergi keluar dengan puisi
saya yang masih lemah. Banyak pencapaian yang belum saya dapatkan. Saya masih
miskin dalam berkarya. Dan saya, masih seperti ini. Meskipun, saya sudah
berjanji dengan seseorang yang entah masih ingat dengan janji itu atau tidak, tapi
sampai sekarang, saya masih belum bisa memenuhi janji saya hingga ada beberapa
hal yang tidak diharapkan malah terjadi. Saya membuat orang itu bingung dan
marah meski bukan kepada saya. Saya merasa, saya masih membuat orang itu kecewa
dengan saya. Maafkan saya, saya masih
begini-begini saja. Saya belum menjadi perempuan yang bisa membuat anda bahagia.
Sebab itulah saya memakai nama tungau untuk sementara agar saya bisa jelas-jelas
mengejar apa yang saya harapkan dan saya bisa memakai nama saya sendiri.
Siapa yang mau memakai nama tungau secara suka rela.
Sebodoh-bodohnya orang pasti ingin dipanggil dengan nama yang bagus. Dan saya
pun tidak ingin memakai nama tungau ini lama-lama. Sebelum rambut saya
bertambah panjang, dan sebelum hari itu datang, saya harus kembali dengan nama
saya yang sebenarnya. Biarkan tungau ini menikamati proses yang ia buat untuk
sementara. Saya tetap seorang Tungau, sebelum saya berhasil membuktikan apa
yang ingin saya buktikan kepada diri saya sendiri. Sebelum saya bisa bersikap
seperti nama saya yang sebenarnya, sebelum saya bisa sesuai dengan nama saya
yang sebenarnya, sebelum saya serupa dengan nama saya yang sebenarnya. Saya
adalah Tungau. Saya tidak jalang, bukan
parasit, dan saya tidak jahat.
Salam,
Tungau yang Berbahagia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Left a comment if you want ^^