Selasa, 20 September 2016

TUNGAU



Mereka tidak pernah mengatakan bahwa saya serupa tungau. Binatang kecil bertungkai delapan yang hidup di berbagai tempat tapi sangat dikenal suka sekali hinggap di punya laki-laki. Saya tidak serupa tungau, saya tidak jalang, terlebih saya sedang tidak suka pada lelaki. Kemaren saya berganti nama menjadi Tungau. Bukan tanpa alasan saya berganti nama. Saya kira tungau itu keren. Sebab tungau masih bisa bertahan hidup selama 400 tahun sejak kemunculannya pertama kali di bumi. Tungau kebanyakan berukuran sangat kecil sehingga kurang menarik perhatian hewan pemangsa besar dan mengakibatkan ia mudah menyebar. Tungau itu kuat meski kecil, tungau itu spartan meski seringkali dianggap parasit, dan saya bukan parasit. Tungau bagi saya adalah hewan kecil yang dianggap jahat tapi tidak jahat. Begitu definisi saya terhadap tungau dengan logika perempuan saya.
Saya katakan saya serupa tungau tapi saya tidak jalang, bukan parasit, dan saya tidak jahat. Saya serupa tungau,  karna saya masih kecil. Saya belum bisa dewasa meski saya sudah 19 tahun. Saya masih banyak salah, untuk itulah saya harus belajar terus menerus. Saya masih belum bisa berbicara dan menulis dengan baik, untuk itulah saya benci terhadap diri saya yang sekarang dan harus segera memperbaikinya. Beberapa hari yang lalu saya kalah. Puisi saya seakan bisu tapi Bung Dirga menguatkan saya. Dia bilang bahwa tak ada puisi yang bisu. Puisi adalah kejujuran mutlak dan saya sudah mencoba jujur disana. Tapi meskipun begitu, saya serasa ditelanjangi bulat-bulat dan saya sedih sekali hingga saya menangis semalaman sampai tertidur. Saya belum bisa pergi keluar dengan puisi saya yang masih lemah. Banyak pencapaian yang belum saya dapatkan. Saya masih miskin dalam berkarya. Dan saya, masih seperti ini. Meskipun, saya sudah berjanji dengan seseorang yang entah masih ingat dengan janji itu atau tidak, tapi sampai sekarang, saya masih belum bisa memenuhi janji saya hingga ada beberapa hal yang tidak diharapkan malah terjadi. Saya membuat orang itu bingung dan marah meski bukan kepada saya. Saya merasa, saya masih membuat orang itu kecewa dengan saya.  Maafkan saya, saya masih begini-begini saja. Saya belum menjadi perempuan yang bisa membuat anda bahagia. Sebab itulah saya memakai nama tungau untuk sementara agar saya bisa jelas-jelas mengejar apa yang saya harapkan dan saya bisa memakai nama saya sendiri.
Siapa yang mau memakai nama tungau secara suka rela. Sebodoh-bodohnya orang pasti ingin dipanggil dengan nama yang bagus. Dan saya pun tidak ingin memakai nama tungau ini lama-lama. Sebelum rambut saya bertambah panjang, dan sebelum hari itu datang, saya harus kembali dengan nama saya yang sebenarnya. Biarkan tungau ini menikamati proses yang ia buat untuk sementara. Saya tetap seorang Tungau, sebelum saya berhasil membuktikan apa yang ingin saya buktikan kepada diri saya sendiri. Sebelum saya bisa bersikap seperti nama saya yang sebenarnya, sebelum saya bisa sesuai dengan nama saya yang sebenarnya, sebelum saya serupa dengan nama saya yang sebenarnya. Saya adalah Tungau. Saya tidak jalang,  bukan parasit, dan saya tidak jahat.

Salam,
Tungau yang Berbahagia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Left a comment if you want ^^